Kamis, 08 Oktober 2015

Q3A - Aplikasi Analisa Titrimetri Untuk Analisa Air




Aplikasi Analisa Titrimetri Untuk Analisa Air
Analisa air termasuk ke dalam kimia analisa kuantitatif karena menentukan kadar suatu zat dalam campuran zat-zat lain. Prinsip analisa air yang digunakan adalah prinsip titrasi dan metode yang digunakan adalah metode indikator warna dan secara umum termasuk ke dalam analisa volumetrik.
Air yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni. Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia organik. Apabila kandungan zat-zat kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan analisa air untuk menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di dalam air sehingga dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak tidaknya dikonsumsi maupun sudah tercemar atau belum (anonim, 2009).
1.       ANALISIS AIR ( PENENTUAN KESADAHAN )
*      Standardisasi larutan EDTA
*      Penentuan kesadahan (ion)
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh Mn2+,Fe2+ dan semua kation bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat paada air tanah di daerah yang bersifat kapur, di mana Ca2+ dan Mg2+ berasal.
Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan dengan molekul sabun menyebbkan sifat sbun/deterjen hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32-(salah satu ion alkalinity) mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat CaCO3. Kerak ini akan mengurangi penampang basah dari pipa dan menyulitkan pemanasan air dalam ketel.
Kesadahan air dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan menggunakan indicator Eriochrome Black T atau Calmagite. Sebelumnya EDTA distandardisasi dengan larutan standar kalsium, biasanya standar primer yang digunakan adalah CaCO3.    
Etilen Diamin Tetra Asetat :
EDTA  merupakan suatu senyawa yang membentuk kompleks 1:1 dengan ion logam, larut dalam air dan karenanya dapat digunakan sebagai titran logam EDTA juga merupakan logam seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Misalnya dengan ion kobalt,membentuk kompleks EDTA oktahidrat.
Pada titrasi ini indicator yang digunakan adalah indicator metalokromik yang merupakan senyawa organic berwarna, yang membentuk kelat dengan ion loga. Khelatnya mempunyai warna yang berbeda dengan warna indicator bebasnya.
Alat Yang Digunakan :
·         Labu ukur
·         Erlenmeyer
·         Buret
·         Gelas kimia
·         Pipet ukur
·         Bola karet
·         Pipet tetes
·         Corong
Bahan Yang Digunakan :
·         Sampel (Air Ledeng atau air PDAM)
·         CaCO3
·         Dinatrium dihidrogen EDTA dihidrat
·         MgCl2.6H2O
·         HCl
·         Indicator EBT
·         Aquadest
·         Larutan buffer pH 10
·         Kertas lakmus
Langkah Kerja
a)      Pembuatan larutan EDTA
·         Menimbang 1 gram dinatrium dihidrogen EDTA dihidrat dan 0,025 gram
·         Memasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml,melarutkan dalam air
·         Memindahkan ke dalam labu ukur 250 ml,menambahkan air sampai 25 ml
·         Menghomogenkan
b)      Pembuatan larutan buffer
·         Melarutkan 3,375 amonium klorida dalam 28,5 ml amonium hidroksida pekat
·         Mengencerkan sampai 50 ml dalam gelas ukur 50 ml. pH larutan sedikit lebih besar dari 10.
c)      Standarisasi larutan natrium EDTA
·         Memipet 10 ml larutan CaCl2 ke dalam erlenmeyer 250 ml
·         Menambahkan 1 ml larutan buffer
·         Menambahkan 5 tetes indiaktor EBT
·         Menitrasi larutan EDTA,hingga warna merah anggur berubah menjadi biru,warna
merah harus lenyap sama sekali
d)     Penentuan kesadahan
·      Memipet 50 ml air sampel dalam Erlenmeyer 250 ml
·      Menambahkan 1 ml buffer
·      Menambahkan 5 tetes indicator
·      Menitrasikan dengan larutan baku EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru
Analisa Percobaan :
Pada percobaan ini dapat dianalisis bahwa pada saat pembuatan larutan buffer di gunakan campuran antara ammonium klorida dengan ammonium hidroksida pekat. Pada larutan baku CaCl2 , CaCO3 harus dikeringkan selama 30 menit didalam oven.
Pada standardisasi larutan EDTA menggunakan CaCl2 yang telah dicampur indicator Eriochrome black T dan buffer. Pada saat titrasi didapat volume titran sebanyak 13,8ml, 14ml, dan 13,6ml. lalu perubahaan warna yang terjadi adalah dari hitam menjadi biru.
Pada kesadahan, volume titran yang dibutuhkan untuk 3 sampel   air hujan, air comberan, dan air ledeng. Pada air hujan volume titran yang dibutuhkan yaitu 3,6ml, 3,8ml, dan 3,4ml. Pada air comberan volume titran yang dibutuhkan yaitu 13ml, 13,5ml, dan 13,5ml. Dan pada air ledeng volume titran yang dibutuhkan 2,9ml, 3ml, dan 2,7ml. Perubahan yang terjadi, pada tiga sampel tersebut menurut warnanya adalah sama yaitu dari merah anggur menjadi biru.
2.       ANALISIS KARBONDIOKSIDA PADA UJI KUALITAS AIR SUMUR
Air adalah kebutuhan manusia yang sangat penting. Air yang cukup banyaknya dan berkualitas dapat membantu program penyehatan masyarakat. Beberapa sumber air untuk kebutuhan sehari-hari antara lain sumur dangkal, sumur artesis, mata air, air permukaan dan penampung air hujan.
Tidak semua masyarakat mempunyai sumber air yang memenuhi syarat kesehatan. Masyarakat lebih memilih menggunakan air dari PDAM dengan harapan akan memperoleh air yang mempunyai kualitas lebih baik dan memenuhi syarat kesehatan. Seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan air bertambah, ini berarti bertambah pula masyarakat yang membutuhkan air bersih untuk keperluan sehari-hari dengan menjadi pelanggan tetap PDAM.
Di lain pihak, PDAM memiliki kendala dalam melayani banyaknya pelanggan dengan sumber air yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang belum mendapatkan layanan PDAM, sebagian masyarakat tidak menggunakan layanan PDAM karena mempunyai sumber air sendiri seperti sumur dangkal, atau menggunakan sumber lain untuk keperluan setiap harinya. Padahal belum tentu air yang digunakan tersebut layak untuk dikonsumsi dan belum tentu memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Karbondioksida adalah salah satu gas minor yang ada di atmosfir dan merupakan hasil akhir dari pembusukan biologis, baik yang aerobik maupun anaerobik. Air hujan dan kebanyakan persediaan air permukaan mengandung karbondioksida(biasanya kurang dari 1 mg/lt), tetapi air tanah dapat mengandung lebih banyak karbondioksida karena adanya pembusukan biologis dan bahanbahan organik. Adanya karbondioksida merupakan hal yang sangat penting, karena pengaruh pH air, menimbulkan karat bagi kebanyakan sistem pipa dan mempengaruhi keutuhan dosis bila menggunakan pengolahan kimia. Sedangkan CO2 agresif mengandung gas asphyxiant, bersifat merusak pipa dan melarutkan logam.
Metode penetapan CO2 bebas sesuai dengan prosedur penetapan asidi-alkalinitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar CO2 = 1000 x t NaOH x 0,1 x 44 x F NaOH ........................(2.1) ml
Contoh
Keterangan :
t = volume titrasi NaOH 0,1 N (ml),
44 = BM CO2,
0,1 = Normalitas NaOH,
F = faktor NaOH 1,02.
Sedangkan CO2 agresif diperhitungkan berdasarkan grafik MUNDLEIN. Apabila konsentrasi CO2 bebas dan HCO3 dapat ditentukan maka perhitungan CO2 agresif dapat ditentukan sesuai prosedur tersebut di atas (Abditya, 2010).

3.       ANALISA KADAR ALKALINITAS AIR
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH.
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menentukan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinity dalam air yaitu: ion karbonat (CO32-), ion bikarbonat (HCO3), ion borat (BO32-), ion fosfat (PO43-), dan ion silikat (SiO42-). Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dapat menetralkan zat-zat alkalinity yang merupakan zat basa sampai titik akhir titrasi yaitu kira-kira pH 8,3 dan 4,5. Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi (Hanum, 2002).
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-buffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang (Anonim, 2009a).
Bahan
·         Air (H2O)
·         Metil Jingga
·         Asam Sulfat (H2SO4)
Peralatan
·         Statif
·         Buret
·         Erlenmeyer
·         Gelas ukur
·         Beaker glass
·         Corong
·         Pipet tetes
Prosedur Praktikum Analisa Alkalinitas
·         100 ml larutan sampel dimasukkan ke erlenmeyer
·         3 tetes metil jingga ditambahkan ke dalam larutan
·         Larutan dititrasi dengan H2SO4 1,5 N hingga larutan berwarna merah merah muda (pink)
·         Volume H2SO4 1,5 N hingga larutan berwarna merah muda (pink) dicatat
·         Percobaan dilakukan 3 kali
·         Volume rata-rata H2SO4 1,5 N dihitung
·         Kadar alkalinitas dihitung dengan rumus: Alkalinitas (mg/L) = x 1000 x 50,4
Hasil
Tabel 4.1 Tabel Hasil Percobaan
Run
Volume Asam Sulfat (H2SO4) 1,5 N yang terpakai (mL)
AMDK VOLVIC
Air Hujan
Air Mancur Bundaran Gatot Subroto
1
0,1 ml
0,05 ml
0,1 ml
2
0,1 ml
0,05 ml
0,1 ml
3
0,1 ml
0,05 ml
0,1 ml
4
0,1 ml
0,05 ml
0,1 ml
5
0,1 ml
0,05 ml
0,1 ml
6
0,1ml
0,05 ml
0,1 ml
V rata-rata
0,1 ml
0,05 ml
0,1 ml
Alkalinitas
151,2 mg/l
75,6 mg/l
151,2 mg/

Sampel 1
Pada grafik, titik-titik tersebut menunjukkan volume H2SO4 yang terpakai pada saat menitrasi sampel. Volume H2SO4 yang terdapat pada grafik merupakan volume H2SO4 untuk menghasilkan warna merah muda yang stabil. Hasil run 1 sampai run 6 memiliki nilai yang tidak begitu jauh berbeda karena volume sampel yang digunakan adalah sama yaitu 50 ml. Volume rata-rata H2SO4 yang digunakan adalah 0,1 ml. Adanya fluktuasi volume H2SO4 disebabkan karena kadar alkalinitas pada sampel 1 memiliki konsentrasi ion karbonat, bikarbonat, dan hidroksida yang selalu tidak tetap pada masing- masing pengulangan, sehingga volume H2SO4 yang digunakan juga berbeda, karena tidak habis bereaksi dengan ion alkalinitas tersebut. Pada percobaan dengan sampel ini tidak dicapai volume H2SO4 yang konstan sehingga perlu dilakukan beberapa run percobaan lagi agar diperoleh volume yang konstan. Alkalinitas yang diperoleh dari sampel 1 adalah 151,2 mg/ l.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat Kualitas Air Bersih, menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L. Air sadah tidak layak digunakan sebagai air minum karena banyak mengandung mineral kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan maupun gangguan secara ekonomi. Nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah 100 mg/L dan air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan sebagai air sadah (Krisna, 2011).
Pada percobaan, diperoleh kadar alkalinitas pada sampel air AMDK Volvic adalah 151,2 mg/L. Berdasarkan teori diatas, syarat-syarat kualitas air bersih menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L, nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah 100 mg/L dan air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan sebagai air sadah sehingga sampel air AMDK Volvic dikategorikan sebagai air yang memenuhi syarat kualitas air bersih namun tidak memenuhi standar air bersih air minum.
Sampel 2
Pada grafik, titik-titik tersebut menunjukkan volume H2SO4 yang terpakai pada saat menitrasi sampel. Volume H2SO4 yang terdapat pada grafik merupakan volume H2SO4 untuk menghasilkan warna merah muda yang stabil. Hasil run 1 sampai run 6 memiliki nilai yang tidak begitu jauh berbeda karena volume sampel yang digunakan adalah sama yaitu 50 ml. Volume rata-rata H2SO4 yang digunakan adalah 0,05 ml. Pada percobaan dengan sampel ini tidak dicapai volume H2SO4 yang konstan sehingga perlu dilakukan beberapa run percobaan lagi agar diperoleh volume yang konstan. Alkalinitas yang diperoleh dari sampel 2 adalah 75,6 mg/ L. Sesuai dengan prinsip titrasi, reaksi terjadi apabila adanya perubahan warna, perubahan suhu, dan menghasilkan gas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat Kualitas Air Bersih, menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L. Air sadah tidak layak digunakan sebagai air minum karena banyak mengandung mineral kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan maupun gangguan secara ekonomi. Nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah 100 mg/L dan air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan sebagai air sadah (Krisna, 2011).
Pada percobaan, diperoleh kadar alkalinitas pada sampel air hujan adalah 75,6 mg/L. Berdasarkan teori diatas, syarat-syarat kualitas air bersih menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L, nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah 100 mg/L dan air yang mempunyai kesadahan di bawah nilai tersebut memenuhi syarat kualitas air bersih dan air minum.
Sampel 3
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa volume asam sulfat (H2SO4) 1,5 N yang terpakai pada setiap percobaan tidak sama, yaitu 0,1 ml untuk semua run. Dari hasil yang di dapat volume asam sulfat yang dipakai hampir konstan dengan rata-rata 0,1 ml. Alkalinitas yang diperoleh dari sampel 3 adalah 151,2 mg/ l.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat Kualitas Air Bersih, menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L. Air sadah tidak layak digunakan sebagai air minum karena banyak mengandung mineral kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan maupun gangguan secara ekonomi. Nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah 100 mg/L dan air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan sebagai air sadah (Krisna, 2011).
Pada percobaan, diperoleh kadar alkalinitas pada sampel air mancur Bundaran SIB adalah 151,2 mg/L. Berdasarkan teori diatas, syarat-syarat kualitas air bersih menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L, nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah 100 mg/L dan air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan sebagai air sadah sehingga sampel air mancur Bundaran SIB dikategorikan sebagai air sadah.




4.       KESADAHAN (TOTAL, TETAP, DAN SEMENTARA) Kalsium (Ca) DAN Magnesium (Mg)
Kesadahan air disebabkan oleh ion-ion Ca dan Mg. Jadi air yang memiliki kesadahan tinggi mengandung banyak garam Ca dan Mg. pada dasarnya air yang terdapat di alam adalah air sada. Kandungan ion Ca dan Mg dalamair dapat dipengaruhi oleh 2 faktor :
a)         Faktor Alamiah : karena berdekatan dengan lokasi penambangan batu kapur ataupun daerah tersebut dekat dengan persawahan.
b)        Faktor non alamiah : karena ditambahakan dalam air baik disengaja maupun tidak disengaja.
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan air sabun, sedangkan pada air berkesahan tinggi tidak akan membentuk busa. Disamping itu kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi pH. Kesadahan pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/satu persejuta bagian)CaCO3, tingkat kekeradan (OD), atau denagn menggunakan konsentrasi  molar CaCO3.
Ada dua macam kesahan yaitu :
a)         Kesadahan sementara : kesadahan karena adanya garam bikarbonat dari Ca dan Mg
b)        Kesadahan Tetap : karena adanya garam non karbonat seperti sulfat, klorida, dan nitrat.
Kesadahan sementara dan tetap disebut kesadahan jumlah (total hardness).
Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan memanaskannya, karena CO2 akan keluar dan meninggalkan garam karbonat yang tidak larut (mengendap). Air yang mempunyai kesadahan tinggi tidak baik apabila dipergunakan sebagai air pengisi ketel (boiler feed) maupun dalam pencucian dengan sabun.
·           Metode Penetapan : Metode Penetapan kesadahan tetap,sementara,Total& Ca :
Titrimetri ( kompleksometri ) dengan menggunakan EDTA standar sebagai larutan penitrasi.
·           Kesadahan Sementara
Metode : cara tidak langsung
·           Penentuan Kesadahan Magnesium
·           Metode : Cara tidak langsung
a)        Prinsip penetapan : Kesadahan Total
Prinsip => Sejumlah tertentu sampel air yang mengandung Ca2+ dan Mg2+ dititrasi oleh larutan standar EDTA pada pH 10 dengan indikator EBT. Pada saat TA terjadi perubahan warna TA dari warna merah anggur menjadi biru jelas.
b)        Prinsip penetapan : Kesadahan tetap
Prinsip => Sejumlah tertentu sampel air dipanaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan ion bikarbonat,selama 15 menit, Ca2+ dan Mg2+ dalam sentrat dititrasi oleh larutan standar EDTA pada pH 10 dengan indikator EBT. Pada saat TA terjadi perubahan warna dari merah anggur ke biru
c)        Prinsip penetapan :Kesadahan Sementara
Prinsip : Diperhitungkan dari hasil pengurangan kesadahan total dengan kesadahan tetap.
d)       Prinsip penetapan : Kesadahan Ca
Prinsip => Sejumlah tertentu Ca2+ dalam sampel air dibasakan dengan NaOH kemudian dititrasi dengan larutan EDTA standar pada pH > 11 dengan indikator Murexide. Pada saat TA terjadi perubahan warna dari merah ke ungu biru.
TE : mol Ca2+ = mol EDTA.
e)        Prinsip penetapan => Penentuan Kesadahan Magnesium
Prinsip : Didapatkan dari hasil pengurangan kesadahan total dan kesadahan Ca2+
*      Pereaksi :
1.      Larutan standar EDTA (compexion III) 0,0179 M ~ 6,6429 g/L.
Dibuat dengan melarutkan 6,6429 g dinatrium etilen diamin tetra asetat (Na2H2C10H12O8N2.2H2O) dalam aquadest hingga 1liter. BM = 372.
2.      Indikator Eriochrome Black T (EBT) 1 % dalam NaCl pa.
0,5 g EBT digerus dalam mortar dengan 50 g NaCl sampai didapat campuran yang homogen.
3.      Larutan buffer pH = 10
Bila Mg-EDTA tersedia, 16,9 NH4Cl dilarutkan dalam 143 ml NH4OH pekat dalam labu seukuran 250 ml. Ditambahkan 1,25 g Mg-EDTA, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga tanda batas dan simpan dalam botol plastik bertutup rapat.
Bila Mg-EDTA tidak tersedia, 1,179 g Na2EDTA dan 0,780 g MgSO4.7H2O (0,644 g MgCl2.6H2O) dalam 50 ml aquadest, larutan ini dimasukan ke dalam labu labu seukuran 250 ml yang berisi 16,9 NH4CL dan 143 ml NH4OH pekat, diaduk, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga tanda batas, dan simpan dalam botol plastik yang bertutup rapat
*      Pereaksi
1.      Larutan standar EDTA (compexion III) 0,0179 M ~ 6,6429 g/L.
Dibuat dengan melarutkan 6,6429 g dinatrium etilen diamin tetra asetat (Na2H2C10H12O8N2.2H2O) dalam aquadest hingga 1liter. BM = 372.
2.      Larutan NaOH 3 N
Larutkan 120 gram NaOH dalam aquadest hingga 1 Liter.
3.      Indikator Murexide 1 % dalam NaCl pa.
0,5 gram Murexide digerus dalam mortar dengan 50 gram NaCl sampai terjadi campuran yang homogen.
*      Prosedur Kerja :
A.    Kesadahan Total
Cara Kerja
1.      Ambil 100 mL sample, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL
2.      Tambah 2 mL larutan buffer pH = 10
3.      Tambah 50 mg indikator EBT
4.      Titrasi dengan larutan standar EDTA sampai terjadi perubahan warna dari Merah menjadi biru.
B.     Kesadahan tetap
Cara Kerja
1.      Ambil 100 mL sample
2.      Masukkan ke dalam erlenmeyer, tutup dengan corong
3.      Penaskan selama 15 menit.
4.      Dinginkan. Saring, tampung filtratnya
5.      Tambahkan 2 mL larutan buffer pH 10, dan 50 mg EBT
6.      Titrasi dengan larutan EDTA standar sampai terjadi perubahan warna dari
merah anggur menjadi biru.
C.     Kesadahan Sementara
Secara tidak langsung
Kesadahan Ca
Cara Kerja
1.      Ambil 100 mL sample
2.      Tambahkan 1 mL NaOH 3N
3.      Tambahkan 50 mg Murexide
4.      Dititrasi dengan EDTA standar sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi ungu biru.
D.    Penentuan Kesadahan Magnesium
Secara tidak langsung
Penggunaan paramater kesadahan total sering sekali membingungkan, oleh karena itu, sebaiknya penggunaan parameter ini dihindarkan.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar