Aplikasi Analisa Titrimetri Untuk
Analisa Air
Analisa air termasuk ke
dalam kimia analisa kuantitatif karena menentukan kadar suatu zat dalam
campuran zat-zat lain. Prinsip analisa air yang digunakan adalah prinsip
titrasi dan metode yang digunakan adalah metode indikator warna dan secara umum
termasuk ke dalam analisa volumetrik.
Air yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni. Biasanya air
tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia
anorganik maupun zat-zat kimia organik. Apabila kandungan zat-zat kimia
tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi
sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk
sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun
rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada
akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan analisa air
untuk menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di dalam air
sehingga dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak tidaknya
dikonsumsi maupun sudah tercemar atau belum (anonim, 2009).
1. ANALISIS AIR ( PENENTUAN KESADAHAN )
Standardisasi
larutan EDTA
Penentuan
kesadahan (ion)
Kesadahan
dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+,
juga oleh Mn2+,Fe2+ dan semua kation bermuatan dua. Air
yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat paada air tanah di daerah yang
bersifat kapur, di mana Ca2+ dan Mg2+ berasal.
Air sadah
mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi
antara ion kesadahan dengan dengan molekul sabun menyebbkan sifat sbun/deterjen
hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32-(salah
satu ion alkalinity) mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang
disebabkan oleh endapan kalsium karbonat CaCO3. Kerak ini akan
mengurangi penampang basah dari pipa dan menyulitkan pemanasan air dalam ketel.
Kesadahan
air dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan menggunakan indicator
Eriochrome Black T atau Calmagite. Sebelumnya EDTA distandardisasi dengan
larutan standar kalsium, biasanya standar primer yang digunakan adalah CaCO3.
Etilen
Diamin Tetra Asetat :
EDTA
merupakan suatu senyawa yang membentuk kompleks 1:1 dengan ion logam, larut
dalam air dan karenanya dapat digunakan sebagai titran logam EDTA juga
merupakan logam seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan
ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Misalnya
dengan ion kobalt,membentuk kompleks EDTA oktahidrat.
Pada
titrasi ini indicator yang digunakan adalah indicator metalokromik yang
merupakan senyawa organic berwarna, yang membentuk kelat dengan ion loga.
Khelatnya mempunyai warna yang berbeda dengan warna indicator bebasnya.
Alat Yang Digunakan :
·
Labu
ukur
·
Erlenmeyer
·
Buret
·
Gelas
kimia
·
Pipet
ukur
·
Bola
karet
·
Pipet
tetes
·
Corong
Bahan Yang Digunakan :
·
Sampel
(Air Ledeng atau air PDAM)
·
CaCO3
·
Dinatrium
dihidrogen EDTA dihidrat
·
MgCl2.6H2O
·
HCl
·
Indicator
EBT
·
Aquadest
·
Larutan
buffer pH 10
·
Kertas
lakmus
Langkah Kerja
a) Pembuatan larutan EDTA
·
Menimbang
1 gram dinatrium dihidrogen EDTA dihidrat dan 0,025 gram
·
Memasukkan
ke dalam gelas kimia 100 ml,melarutkan dalam air
·
Memindahkan
ke dalam labu ukur 250 ml,menambahkan air sampai 25 ml
·
Menghomogenkan
b) Pembuatan larutan buffer
·
Melarutkan
3,375 amonium klorida dalam 28,5 ml amonium hidroksida pekat
·
Mengencerkan
sampai 50 ml dalam gelas ukur 50 ml. pH larutan sedikit lebih besar dari 10.
c) Standarisasi larutan natrium EDTA
·
Memipet
10 ml larutan CaCl2 ke dalam erlenmeyer 250 ml
·
Menambahkan
1 ml larutan buffer
·
Menambahkan
5 tetes indiaktor EBT
·
Menitrasi
larutan EDTA,hingga warna merah anggur berubah menjadi biru,warna
merah harus lenyap sama sekali
merah harus lenyap sama sekali
d) Penentuan kesadahan
· Memipet 50 ml air sampel dalam
Erlenmeyer 250 ml
· Menambahkan 1 ml buffer
· Menambahkan 5 tetes indicator
· Menitrasikan dengan larutan baku
EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru
Analisa Percobaan :
Pada
percobaan ini dapat dianalisis bahwa pada saat pembuatan larutan buffer di
gunakan campuran antara ammonium klorida dengan ammonium hidroksida pekat. Pada
larutan baku CaCl2 , CaCO3 harus dikeringkan selama 30
menit didalam oven.
Pada
standardisasi larutan EDTA menggunakan CaCl2 yang telah dicampur
indicator Eriochrome black T dan buffer. Pada saat titrasi didapat volume
titran sebanyak 13,8ml, 14ml, dan 13,6ml. lalu perubahaan warna yang terjadi
adalah dari hitam menjadi biru.
Pada
kesadahan, volume titran yang dibutuhkan untuk 3 sampel air hujan,
air comberan, dan air ledeng. Pada air hujan volume titran yang dibutuhkan
yaitu 3,6ml, 3,8ml, dan 3,4ml. Pada air comberan volume titran yang dibutuhkan
yaitu 13ml, 13,5ml, dan 13,5ml. Dan pada air ledeng volume titran yang
dibutuhkan 2,9ml, 3ml, dan 2,7ml. Perubahan yang terjadi, pada tiga sampel
tersebut menurut warnanya adalah sama yaitu dari merah anggur menjadi biru.
2.
ANALISIS
KARBONDIOKSIDA PADA UJI KUALITAS AIR SUMUR
Air adalah
kebutuhan manusia yang sangat penting. Air yang cukup banyaknya dan berkualitas
dapat membantu program penyehatan masyarakat. Beberapa sumber air untuk
kebutuhan sehari-hari antara lain sumur dangkal, sumur artesis, mata air, air
permukaan dan penampung air hujan.
Tidak
semua masyarakat mempunyai sumber air yang memenuhi syarat kesehatan.
Masyarakat lebih memilih menggunakan air dari PDAM dengan harapan akan
memperoleh air yang mempunyai kualitas lebih baik dan memenuhi syarat
kesehatan. Seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan air bertambah, ini
berarti bertambah pula masyarakat yang membutuhkan air bersih untuk keperluan
sehari-hari dengan menjadi pelanggan tetap PDAM.
Di lain
pihak, PDAM memiliki kendala dalam melayani banyaknya pelanggan dengan sumber
air yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang belum
mendapatkan layanan PDAM, sebagian masyarakat tidak menggunakan layanan PDAM
karena mempunyai sumber air sendiri seperti sumur dangkal, atau menggunakan
sumber lain untuk keperluan setiap harinya. Padahal belum tentu air yang
digunakan tersebut layak untuk dikonsumsi dan belum tentu memenuhi syarat
kesehatan sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Karbondioksida
adalah salah satu gas minor yang ada di atmosfir dan merupakan hasil akhir dari
pembusukan biologis, baik yang aerobik maupun anaerobik. Air hujan dan
kebanyakan persediaan air permukaan mengandung karbondioksida(biasanya kurang
dari 1 mg/lt), tetapi air tanah dapat mengandung lebih banyak karbondioksida
karena adanya pembusukan biologis dan bahanbahan organik. Adanya karbondioksida
merupakan hal yang sangat penting, karena pengaruh pH air, menimbulkan karat
bagi kebanyakan sistem pipa dan mempengaruhi keutuhan dosis bila menggunakan
pengolahan kimia. Sedangkan CO2 agresif mengandung gas asphyxiant,
bersifat merusak pipa dan melarutkan logam.
Metode
penetapan CO2 bebas sesuai dengan prosedur penetapan
asidi-alkalinitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar CO2 = 1000 x t NaOH x 0,1 x
44 x F NaOH ........................(2.1) ml
Contoh
Keterangan
:
t = volume
titrasi NaOH 0,1 N (ml),
44 = BM CO2,
0,1 =
Normalitas NaOH,
F = faktor
NaOH 1,02.
Sedangkan
CO2 agresif diperhitungkan berdasarkan grafik MUNDLEIN. Apabila
konsentrasi CO2 bebas dan HCO3 dapat ditentukan maka
perhitungan CO2 agresif dapat ditentukan sesuai prosedur tersebut di
atas (Abditya, 2010).
3.
ANALISA KADAR ALKALINITAS AIR
Alkalinitas
adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion karbonat dan
bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai
ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga
diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap
perubahan pH.
Alkalinitas
adalah kapasitas air untuk menentukan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinity
dalam air yaitu: ion karbonat (CO32-), ion bikarbonat
(HCO3), ion borat (BO32-), ion fosfat (PO43-),
dan ion silikat (SiO42-). Alkalinitas ditetapkan melalui
titrasi asam basa. Asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dapat menetralkan zat-zat alkalinity
yang merupakan zat basa sampai titik akhir titrasi yaitu kira-kira pH 8,3 dan
4,5. Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan
tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer
atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi
oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak
pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai
alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik
karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam
natrium yang tinggi (Hanum, 2002).
Alkalinitas
secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir
kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran
yang menunjukkan kapasitas pem-buffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai
tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di
dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan
menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L) kalsium
karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari
100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100
ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang (Anonim, 2009a).
Bahan
·
Air (H2O)
·
Metil Jingga
·
Asam Sulfat (H2SO4)
Peralatan
·
Statif
·
Buret
·
Erlenmeyer
·
Gelas ukur
·
Beaker
glass
·
Corong
·
Pipet tetes
Prosedur
Praktikum Analisa Alkalinitas
·
100 ml larutan
sampel dimasukkan ke erlenmeyer
·
3 tetes metil jingga ditambahkan ke
dalam larutan
·
Larutan dititrasi dengan H2SO4
1,5 N hingga larutan berwarna merah
merah muda (pink)
·
Volume
H2SO4 1,5 N hingga larutan berwarna merah muda (pink)
dicatat
·
Percobaan
dilakukan 3 kali
·
Volume
rata-rata H2SO4 1,5 N dihitung
·
Kadar alkalinitas dihitung
dengan rumus: Alkalinitas
(mg/L) = x 1000 x 50,4
Hasil
Tabel 4.1 Tabel Hasil Percobaan
Run
|
Volume
Asam Sulfat (H2SO4) 1,5 N yang terpakai (mL)
|
||
AMDK
VOLVIC
|
Air
Hujan
|
Air
Mancur Bundaran Gatot Subroto
|
|
1
|
0,1 ml
|
0,05 ml
|
0,1 ml
|
2
|
0,1 ml
|
0,05 ml
|
0,1 ml
|
3
|
0,1 ml
|
0,05 ml
|
0,1 ml
|
4
|
0,1 ml
|
0,05 ml
|
0,1 ml
|
5
|
0,1 ml
|
0,05 ml
|
0,1 ml
|
6
|
0,1ml
|
0,05 ml
|
0,1 ml
|
V
rata-rata
|
0,1 ml
|
0,05 ml
|
0,1 ml
|
Alkalinitas
|
151,2 mg/l
|
75,6 mg/l
|
151,2 mg/
|
Pada
grafik, titik-titik tersebut menunjukkan volume H2SO4 yang
terpakai pada saat menitrasi sampel. Volume H2SO4 yang
terdapat pada grafik merupakan volume H2SO4 untuk
menghasilkan warna merah muda yang stabil. Hasil run 1 sampai run 6
memiliki nilai yang tidak begitu jauh berbeda karena volume sampel yang
digunakan adalah sama yaitu 50 ml. Volume rata-rata H2SO4 yang
digunakan adalah 0,1 ml. Adanya fluktuasi volume H2SO4
disebabkan karena kadar alkalinitas pada sampel 1 memiliki konsentrasi ion
karbonat, bikarbonat, dan hidroksida yang selalu tidak tetap pada masing-
masing pengulangan, sehingga volume H2SO4 yang digunakan
juga berbeda, karena tidak habis bereaksi dengan ion alkalinitas tersebut. Pada percobaan
dengan sampel ini tidak dicapai volume H2SO4 yang konstan
sehingga perlu dilakukan beberapa run percobaan lagi agar diperoleh volume yang konstan. Alkalinitas yang diperoleh dari
sampel 1 adalah 151,2 mg/ l.
Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat
Kualitas Air Bersih, menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan (CaCO3)
yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L. Air sadah tidak layak digunakan sebagai air
minum karena banyak mengandung mineral kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang
dapat mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan maupun gangguan secara ekonomi.
Nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah
100 mg/L dan air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan
sebagai air sadah (Krisna, 2011).
Pada
percobaan, diperoleh kadar alkalinitas pada sampel air AMDK Volvic adalah 151,2 mg/L. Berdasarkan teori
diatas, syarat-syarat kualitas air bersih menyatakan bahwa kadar maksimum
kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L, nilai ambang
batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah 100 mg/L dan
air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan sebagai air
sadah sehingga sampel air AMDK Volvic dikategorikan sebagai air yang memenuhi
syarat kualitas air bersih namun tidak memenuhi standar air bersih air minum.
Sampel 2
Pada
grafik, titik-titik tersebut menunjukkan volume H2SO4 yang
terpakai pada saat menitrasi sampel. Volume H2SO4 yang
terdapat pada grafik merupakan volume H2SO4 untuk
menghasilkan warna merah muda yang stabil. Hasil run 1 sampai run 6
memiliki nilai yang tidak begitu jauh berbeda karena volume sampel yang
digunakan adalah sama yaitu 50 ml. Volume rata-rata H2SO4 yang
digunakan adalah 0,05 ml. Pada percobaan dengan sampel ini tidak
dicapai volume H2SO4 yang konstan sehingga perlu
dilakukan beberapa run percobaan
lagi agar diperoleh volume yang konstan. Alkalinitas yang diperoleh dari sampel 2 adalah 75,6 mg/ L.
Sesuai dengan prinsip titrasi, reaksi terjadi apabila adanya perubahan warna,
perubahan suhu, dan menghasilkan gas.
Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat
Kualitas Air Bersih, menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan (CaCO3)
yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L. Air sadah tidak layak digunakan sebagai air
minum karena banyak mengandung mineral kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang
dapat mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan maupun gangguan secara ekonomi.
Nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah
100 mg/L dan air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan
sebagai air sadah (Krisna, 2011).
Pada
percobaan, diperoleh kadar alkalinitas pada sampel air hujan adalah 75,6 mg/L. Berdasarkan teori diatas,
syarat-syarat kualitas air bersih menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan
(CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L, nilai ambang batas
kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah 100 mg/L dan air yang
mempunyai kesadahan di bawah nilai tersebut memenuhi syarat kualitas air bersih
dan air minum.
Sampel 3
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa volume asam sulfat (H2SO4) 1,5 N yang
terpakai pada setiap percobaan tidak sama, yaitu 0,1 ml untuk semua run. Dari hasil yang di dapat
volume asam sulfat yang dipakai hampir konstan dengan rata-rata 0,1 ml.
Alkalinitas yang diperoleh dari sampel 3 adalah 151,2 mg/ l.
Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat
Kualitas Air Bersih, menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan (CaCO3)
yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L. Air sadah tidak layak digunakan sebagai air
minum karena banyak mengandung mineral kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang
dapat mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan maupun gangguan secara ekonomi.
Nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah
100 mg/L dan air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan
sebagai air sadah (Krisna, 2011).
Pada
percobaan, diperoleh kadar alkalinitas pada sampel air mancur Bundaran SIB adalah 151,2 mg/L. Berdasarkan teori
diatas, syarat-syarat kualitas air bersih menyatakan bahwa kadar maksimum
kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L, nilai ambang
batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah 100 mg/L dan
air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan sebagai air
sadah sehingga sampel air mancur Bundaran SIB dikategorikan sebagai air sadah.
4.
KESADAHAN
(TOTAL, TETAP, DAN SEMENTARA) Kalsium (Ca) DAN Magnesium (Mg)
Kesadahan air disebabkan oleh ion-ion Ca dan Mg.
Jadi air yang memiliki kesadahan tinggi mengandung banyak garam Ca dan Mg. pada
dasarnya air yang terdapat di alam adalah air sada. Kandungan ion Ca dan Mg
dalamair dapat dipengaruhi oleh 2 faktor :
a)
Faktor Alamiah : karena berdekatan
dengan lokasi penambangan batu kapur ataupun daerah tersebut dekat dengan
persawahan.
b)
Faktor non alamiah : karena ditambahakan
dalam air baik disengaja maupun tidak disengaja.
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk
membentuk busa apabila dicampur dengan air sabun, sedangkan pada air berkesahan
tinggi tidak akan membentuk busa. Disamping itu kesadahan juga merupakan
petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi pH.
Kesadahan pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/satu
persejuta bagian)CaCO3, tingkat kekeradan (OD), atau denagn
menggunakan konsentrasi molar CaCO3.
Ada dua macam kesahan yaitu :
a)
Kesadahan sementara : kesadahan karena
adanya garam bikarbonat dari Ca dan Mg
b)
Kesadahan Tetap : karena adanya garam
non karbonat seperti sulfat, klorida, dan nitrat.
Kesadahan sementara dan tetap disebut kesadahan
jumlah (total hardness).
Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan memanaskannya, karena CO2 akan keluar dan meninggalkan garam karbonat yang tidak larut (mengendap). Air yang mempunyai kesadahan tinggi tidak baik apabila dipergunakan sebagai air pengisi ketel (boiler feed) maupun dalam pencucian dengan sabun.
Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan memanaskannya, karena CO2 akan keluar dan meninggalkan garam karbonat yang tidak larut (mengendap). Air yang mempunyai kesadahan tinggi tidak baik apabila dipergunakan sebagai air pengisi ketel (boiler feed) maupun dalam pencucian dengan sabun.
·
Metode Penetapan : Metode Penetapan kesadahan
tetap,sementara,Total& Ca :
Titrimetri ( kompleksometri ) dengan menggunakan EDTA standar sebagai larutan penitrasi.
Titrimetri ( kompleksometri ) dengan menggunakan EDTA standar sebagai larutan penitrasi.
·
Kesadahan Sementara
Metode : cara tidak
langsung
·
Penentuan Kesadahan Magnesium
·
Metode : Cara tidak langsung
a)
Prinsip penetapan : Kesadahan Total
Prinsip =>
Sejumlah tertentu sampel air yang mengandung Ca2+ dan Mg2+ dititrasi oleh
larutan standar EDTA pada pH 10 dengan indikator EBT. Pada saat TA terjadi
perubahan warna TA dari warna merah anggur menjadi biru jelas.
b)
Prinsip penetapan : Kesadahan tetap
Prinsip =>
Sejumlah tertentu sampel air dipanaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan ion
bikarbonat,selama 15 menit, Ca2+ dan Mg2+ dalam sentrat dititrasi oleh larutan
standar EDTA pada pH 10 dengan indikator EBT. Pada saat TA terjadi perubahan
warna dari merah anggur ke biru
c)
Prinsip penetapan :Kesadahan Sementara
Prinsip :
Diperhitungkan dari hasil pengurangan kesadahan total dengan kesadahan tetap.
d) Prinsip
penetapan : Kesadahan Ca
Prinsip =>
Sejumlah tertentu Ca2+ dalam sampel air dibasakan dengan NaOH kemudian
dititrasi dengan larutan EDTA standar pada pH > 11 dengan indikator
Murexide. Pada saat TA terjadi perubahan warna dari merah ke ungu biru.
TE : mol Ca2+ = mol EDTA.
TE : mol Ca2+ = mol EDTA.
e)
Prinsip penetapan => Penentuan Kesadahan Magnesium
Prinsip : Didapatkan
dari hasil pengurangan kesadahan total dan kesadahan Ca2+
Pereaksi :
1. Larutan
standar EDTA (compexion III) 0,0179 M ~ 6,6429 g/L.
Dibuat dengan melarutkan 6,6429 g dinatrium etilen diamin tetra asetat (Na2H2C10H12O8N2.2H2O) dalam aquadest hingga 1liter. BM = 372.
Dibuat dengan melarutkan 6,6429 g dinatrium etilen diamin tetra asetat (Na2H2C10H12O8N2.2H2O) dalam aquadest hingga 1liter. BM = 372.
2. Indikator
Eriochrome Black T (EBT) 1 % dalam NaCl pa.
0,5 g EBT digerus dalam mortar dengan 50 g NaCl sampai didapat campuran yang homogen.
0,5 g EBT digerus dalam mortar dengan 50 g NaCl sampai didapat campuran yang homogen.
3. Larutan
buffer pH = 10
Bila Mg-EDTA
tersedia, 16,9 NH4Cl dilarutkan dalam 143 ml NH4OH pekat dalam labu seukuran
250 ml. Ditambahkan 1,25 g Mg-EDTA, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga
tanda batas dan simpan dalam botol plastik bertutup rapat.
Bila Mg-EDTA tidak tersedia, 1,179 g Na2EDTA dan 0,780 g MgSO4.7H2O (0,644 g MgCl2.6H2O) dalam 50 ml aquadest, larutan ini dimasukan ke dalam labu labu seukuran 250 ml yang berisi 16,9 NH4CL dan 143 ml NH4OH pekat, diaduk, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga tanda batas, dan simpan dalam botol plastik yang bertutup rapat
Bila Mg-EDTA tidak tersedia, 1,179 g Na2EDTA dan 0,780 g MgSO4.7H2O (0,644 g MgCl2.6H2O) dalam 50 ml aquadest, larutan ini dimasukan ke dalam labu labu seukuran 250 ml yang berisi 16,9 NH4CL dan 143 ml NH4OH pekat, diaduk, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga tanda batas, dan simpan dalam botol plastik yang bertutup rapat
Pereaksi
1. Larutan
standar EDTA (compexion III) 0,0179 M ~ 6,6429 g/L.
Dibuat dengan melarutkan 6,6429 g dinatrium etilen diamin tetra asetat (Na2H2C10H12O8N2.2H2O) dalam aquadest hingga 1liter. BM = 372.
Dibuat dengan melarutkan 6,6429 g dinatrium etilen diamin tetra asetat (Na2H2C10H12O8N2.2H2O) dalam aquadest hingga 1liter. BM = 372.
2. Larutan
NaOH 3 N
Larutkan 120 gram
NaOH dalam aquadest hingga 1 Liter.
3. Indikator
Murexide 1 % dalam NaCl pa.
0,5 gram Murexide
digerus dalam mortar dengan 50 gram NaCl sampai terjadi campuran yang homogen.
Prosedur Kerja :
A. Kesadahan
Total
Cara Kerja
1. Ambil
100 mL sample, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL
2. Tambah
2 mL larutan buffer pH = 10
3. Tambah
50 mg indikator EBT
4. Titrasi
dengan larutan standar EDTA sampai terjadi perubahan warna dari Merah menjadi
biru.
B. Kesadahan
tetap
Cara Kerja
1. Ambil
100 mL sample
2. Masukkan
ke dalam erlenmeyer, tutup dengan corong
3. Penaskan
selama 15 menit.
4. Dinginkan.
Saring, tampung filtratnya
5. Tambahkan
2 mL larutan buffer pH 10, dan 50 mg EBT
6. Titrasi
dengan larutan EDTA standar sampai terjadi perubahan warna dari
merah anggur menjadi biru.
merah anggur menjadi biru.
C. Kesadahan
Sementara
Secara tidak
langsung
Kesadahan Ca
Cara Kerja
1. Ambil
100 mL sample
2. Tambahkan
1 mL NaOH 3N
3. Tambahkan
50 mg Murexide
4. Dititrasi
dengan EDTA standar sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi ungu
biru.
D. Penentuan
Kesadahan Magnesium
Secara tidak
langsung
Penggunaan paramater
kesadahan total sering sekali membingungkan, oleh karena itu, sebaiknya
penggunaan parameter ini dihindarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar