Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat
kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut
(solvent) [1].
Kelarutan suatu zat dasarnya sangat
bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu, tekanan dan
pH larutan Kelarutan
adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk dapat larut
pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan
dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut
pada kesetimbangan.
Larutan hasil disebut larutan
jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu
pelarut.
Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu
merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan
sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak
dapat larut lagi).
Rentang
kelarutan sangat bervariasi. Ada banyak sekali zat kimia yang mempunyai
kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna (miscible),
misalnya adalah etanol dalam air. Ada pula zat kimia yang sama sekali tidak
larut, sebagai contoh adalah perak klorida dalam air. Namun kebanyakan suatu
zat dapat terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh, setelah itu mengendap
seperti NaCl dalam air.
Pelarut umumnya
merupakan suatu cairan
yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.
Zat yang terlarut, dapat berupa gas,
cairan lain, atau padat.
Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit
terlarut, seperti perak klorida
dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan
pada senyawa
yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang
benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang
disebut lewat jenuh
(supersaturated) yang metastabil.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kelarutan
1.
Suhu
Kelarutan suatu solut pada pelarut
tertentu sangat bergantung pada suhu. Pada sebagian besar padatan yang dapat
larut dalam air, kelarutan akan semakin meningkat jika suhu dinaikkan melebihi
100ยบ C. Solut ionik yang terlarut pada air bersuhu tinggi (mendekati suhu
kritis) cenderung berkurang karena perubahan sifat dan struktur molekul air.
Selain itu, tetapan dielektrik menyebabkan pelarut kurang polar. Kelarutan
senyawa organik selalu meningkat dengan naiknya suhu. Inilah yang mendasari
teknik pemurnian dengan rekristalisasi yang
memanfaatkan perbedaan kelarutan solut pada suhu rendah dan tinggi. Kelarutan
gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air
dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat
padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa
zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
2.
Pengaruh
Jenis Zat pada Kelarutan
Zat-zat dengan struktur kimia yang
mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang
struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves
like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar,
sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya
alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter
bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak
bercampur (completely immiscible).
3.
Pengaruh
tekanan pada kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil
terhadap kelarutan zat cair atau padat. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan
partial gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang
melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan
tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam
kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air
bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini
tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3
dalam air.
Anion dan kation keduanya adalah jenis ion. Anion adalah
senyawa ion yang mempunyai muatan negatif atau bisa disebut ion negatif.
Demikian juga dengan kation, kation adalah senyawa ion yang bermuatan positif.
Anion dan kation bisa terbentuk dari unsur (monoatomik) maupun dari senyawa
(poliatomik). Anion dan Kation terbentuk dari reaksi ionisasi. Contohnya Anion
dan Kation, misalnya, atom Kalium melepaskan satu elektron menjadi ion Ka+
(persamaan reaksinya, Ka → Ka+ + e-). Anion terjadi
apabila atom unsur menangkap satu atau lebih elektron, misalnya, atom klor
menangkap satu elektron menjadi ion Cl- (persamaan reaksinya, Cl + e-
→ Cl-).
Klasifikasi
Jenis-Jenis Anion dan Kation
Jika dilihat dari atom/unsur yang menyusunnya Anion dan Kation bisa dibedakan menjadi 2 yaitu:
Jika dilihat dari atom/unsur yang menyusunnya Anion dan Kation bisa dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Anion dan Kation Monoatomik, yaitu ionnya terbentuk dari satu
unsur saja misalnya kation Ka+ atau anion Cl-
2. Anion dan Kation Poliatomik, yaitu ionnya terbentuk dari
beberapa unsur atau atom. Misalnya anion SO42- atau
Kation NH4+
Sifat-sifat
ion
Dalam
bentuk seperti gas, ion mempunyai kereaktifan yang tinggi. Namun sedikit
ditemukan di bumi ion yang berbentuk seperti gas, kecuali dalam bentuk loncatan
listrik, petir, api atau plasma. Ion yang mirip gas bereaksi terus menerus
dengan ion lain yang berlainan muatan untuk membentuk molekul netral atau ion
garam. Ion juga dihasilkan pada cairan atau padatan ketika garam bereaksi
dengan pelarut membentuk ion tersolvasi yang lebih stabil. Hal ini melibatkan
perubahan energi dan entropi pada saat ion tersebut bergerak dan berinteraksi
dengan cairan. Ion semacam ini terstabilkan dalam suhu rendah. Seperti benda
bermuatan lainnya, sifat ion adalah:
- tertarik ke muatan yang berbeda jenis
- tolak menolak jika bermuatan sejenis
- ketika bergerak dapat dibelokkan oleh medan magnet
Perbedaan kation dan anion
Jika atom kehilangan satu atau lebih elektron, maka atom
tersebut akan bermuatan positif dan dinamakan kation. Sedangkan jika atom
mempunyai satu atau lebih elektron ekstra maka akan bermuatan negatif dan
disebut sebagai anion.
Contoh pembentukan kation :
Litium mempnyai 3 proton dan 3 elektron. Ketika kehilangan salah satu elektronnya, maka litium hanya mempunyai 2 elektron dan 3 proton. Maka litium akan membentuk kation (bermuatan positif).
Contoh pembentukan kation :
Litium mempnyai 3 proton dan 3 elektron. Ketika kehilangan salah satu elektronnya, maka litium hanya mempunyai 2 elektron dan 3 proton. Maka litium akan membentuk kation (bermuatan positif).
Contoh pembentukan anion.
Klor mempunyai 17 proton dan 17 elektron. Ketika bereaksi, klor mendapat 1 elektron dari atom unsur lainnya. Maka dari itu, sekarang klorin mempunyai 17 proton dan 18 elektron. Maka dari itu klorin membentuk anion (bermuatan negatif).
Klor mempunyai 17 proton dan 17 elektron. Ketika bereaksi, klor mendapat 1 elektron dari atom unsur lainnya. Maka dari itu, sekarang klorin mempunyai 17 proton dan 18 elektron. Maka dari itu klorin membentuk anion (bermuatan negatif).
Anion yang bermuatan negatif mempunyai ukuran yang lebih
besar daripada atom asalnya. Karena anion kelebihan elektron, maka elektron
tesebut saling tolak menolak satu sama lain dan maka dari itu menambah ukuran
fisik dari ion. Ukuran ion ditentukan oleh awan elektron. Dan pada umumnya
kation berukuran lebih kecil daripada atom asal dikarenakan kecilnya ukuran
awan elektron. Kation hidrogen (H+ / hidronium) tidak mempunyai
elektron, maka dari itu kation hidrogen jauh lebih kecil dari atom unsur
hidrogen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar